Merantau sudah menjadi tradisi dari anak2 Bima.
Mereka yang selesai menamatkan pendidikan tingkat atas kebanyakan memilih merantau.
Beragam tujuan, umumnya untuk melanjutkan sekolah yang lebih tinggi atau mencari pekerjaan.
Berbondong-bondong mereka meninggalkan kampung halamannya diiringi do'a dan bahkan tangisan dari orang tua, saudara dan kerabat.
Mereka cukup berani dan terkesan nekad. Tidak seorangpun yang akan bangun dari tempat tidurnya yang tidak nyaman sekalipun untuk menyeberang beberapa lautan, menemui yang tidak dikenali, kecuali dia memiliki keberanian. Semangat dan alasan saja tidak cukup untuk membuat seseorang merantau.
Apa hubungannya dengan ciro ... ?
Ciro adalah nama ikan laut di Bima, bilamana musimnya tiba, ciro bisa tercecer dijalanan aspal. Karena demikian melimpahnya, ciro terkesan ikan murahan yang kurang bergizi, yang mengkonsumsinya bisa turun gengsi-nya.
Karena jadi bahan olokan, anak - anak Sape (wilayah paling timur di Bima yang menghasilkan ciro terbesar), memplesetkannya sebagai singkatan dari "cari ilmu dirantau orang". Mungkin terisnpirasi dari kebiasaan mereka yang rela merantau demi mencari ilmu.
Apapun ciro ya tetap ikan, pastinya lain bahasa lain artinya.
Tapi bila dikaitkan dengan plesetan di atas, maka bila setiap detik kita yang berlalu dan setiap langkah kita yang tertapak membawa kita pada padang ilmu dan hikmah, patutlah kita bersyukur dan sebaliknya patus disesali dan segera memperbaiki langkah, sekarang !!! sekarang !!! sekarang !!!. Hari esok pasti datang tapi belum tentu dapat kau sambut, Hari kemarin mustahil kamu pinta kembali.
Selamat menuntut ilmu bagi semuanya, terutama bagi mereka yang telah jauh merantau.
Apapun tendensinya, ikhlaskan hati agar hawa semangat tetap jernih dan terhirup.
Feb 8, 2008
Ciro
Posted by opera classic at 4:48 PM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment