Oct 27, 2008

Anjing

Seekor anjing termenung,bersandar di teduh tong sampah pinggir trotoar. Badannya lusuh.
Pikirannya melayang mengingat pemandangan yang ia lihat kemarin. Seekor anjing yang dirawat dengan baik, gagah, sedang diajak jalan-jalan oleh majikannya. Pasti, makanannya terjamin gizi dan kebersihannya.
Tapi yang menjadi fokus pikirannya bukan temannya yang bernasib baik, menjadi piaraan orang kaya, tetapi yang dipikirkannya adalah siempunya anjing, sang manusia kaya itu.
Dia begitu kaya, lihat saja rumahnya di perumahan elit itu ada kolam renang dan lapangan golfnya.
Mungkin saja punya istri muda, dengan kekayaannya yang seabrek itu, tidak sulit baginya dapatkan bini muda dan segar, pikir anjing iri. Ah, sungguh enak jadi manusia.
Lihat saja temannya sesama anjing yang dipelihara oleh manusia, mereka diberi makan yang enak-enak dan bergizi, tiap pagi dimandikan dan diajak jalan-jalan di taman. Dengan kehidupan peliharaannya saja membuat aku jadi iri, pasti kehidupan manusia itu jauh-jauh lebih wah lagi.
Kemana-mana tinggal minta diantarin supir, di kantor punya sekertaris cantik. Uangnya cukup dibuat makan tujuh turunannya. Ah, andaikan aku menjadi manusia, bathin anjing semakin iri.
Seandainya aku jadi manusia, pertama-tama ku akan mengangkat derajad kehidupan kaum anjing.
Mereka akan kubuatkan perumahan anjing walaupun tidak terlalu elit, paling tidak bisa menjadi tempat mereka berteduh di kala kepanasan atau kehujanan. Akan aku beri mereka pengertian, bahwa mereka bisa merubah nasib mereka menjadi lebih baik dan mengangkat martabat mereka agak ke atas sedikit demi sedikit. Anjing melanjutkan hayalannya.
Akan aku beri penyegaran alam pikiran mereka yang selama ini terpuruk. Memang kenyataan tidak bisa dipungkiri bahwa kehidupan kaum anjing kehidupan gelandangan, tidak memiliki rumah, panas kepanasan, hujan kehujanan. Kalau lapar harus mengais dari satu tong sampah ke tong sampah yang lain. Ya, memang ini adalah kenyataan kaum anjing, tapi ingat kenyataan ini bisa berubah selama kita bersemangat untuk melawan kenyataan, paling tidak hati dan pikiran berkata tidak pada kenyataan yang ada. Dan perlu diingat juga, betapa kebebasan yang dimiliki kaum anjing begitu luas, seakan tak terbatas. Banyak manusia iri dengan kebebasan ini.
Tau tidak, kalau kehidupan manusia semakin terjepit, dengan perkembangan dunia teknologi, dunia manusia hanya selebar daun kelor saja. Contohnya para artis, memang mereka terkenal dan kaya, tapi kehidupan mereka tidak pernah tentram bila privasinya dijadikan santapan media yang selalu memburu setiap waktu.
Atau para pejabat, kelihatan mereka kaya, tapi percaya atau tidak setiap saat mereka merasa tidak tenang dengan kekayaan mereka, karena banyak jalan licin yang mereka tempuh untuk memperoleh keduniaan mereka. Mereka selalu was-was bila sewaktu-waktu KPK datang menggeledah rumah mereka dan mengajak mereka berbincang di kursi pesakitan.
Dengan kebebasan yang begitu merdeka di dunia anjing, seharusnya kaum anjing bersyukur. Ungkapan syukur ini bisa diwujudkan dengan tidak menyalahgunakan kebebasan yang mereka punya hingga kelewatan batas.
Bilamana di lain sisi mereka diangkat jadi peliharaan manusia, itu bukan berarti mereka dijadikan budak oleh manusia. Para anjing yang mendapat nasib baik ini harus diberi pemahaman agar tidak salah paham dan salah kaprah dalam menerima keadaan mereka ini. Mereka dibuatkan rumah bukan untuk dipenjara tetapi demi keamanan mereka. Belum lagi makanan mereka terpilih gizinya, memang bagi sebagian anjing kurang menikmati rasanya, tetapi yang paling utama dari makanan adalah untuk kelangsungan kehidupan. Nah, bagaimana hidup dapat berlangsung dengan baik, jika makanan yang kita makan tidak sehat. Jadi saya amat-amat heran melihat ada anjing yang sudah diberi makanan bergizi oleh majikannya, masih saja mengais di tong sampah, dengan alasan klasik, tidak biasa.
Terlebih lagi jika harus iri dengan kehidupan manusia. Memang kelihatan sekali enak, tapi kaum anjing tidak mengetahui lebih dalam, kalau kehidupan manusia penuh gelombang yang suatu saat akan menghempaskan manusia sendiri.
Banyak yang harus dipikirkan oleh manusia, mulai dari tagihan listrik sampai pajak mobil. Memang sih kalau punya banyak uang semua aman-aman saja, tetapi bagaimana ketika apes, rejeki lagi kempes, sakit-sakit, semua pasti jadi beban pikiran. Banyak manusia kaya yang mati muda, karena tidak kuat dengan kehidupan yang dijalaninya. Ya sih, karena ajal pastinya.
Menjadi anjing lebih enak daripada menjadi manusia, jadi kaum anjing jangan terlintas pikiran untuk menjadi manusia. Anggapan bahwa manusia memelihara anjing adalah perbudakan oleh manusia itu salah kaprah. Itu pikiran kalut kaum anjing saja. Coba lihat lebih cermat lagi, pagi-pagi anjing dimandikan dan diberi sarapan bergizi oleh manusia, kemudian diajak jalan-jalan. Siang hari dibiarkan tidur atau santai-santai saja, dan malam hari dibawa kesalon yang tarifnya jutaan rupiah. Anjing tidak perlu melakukan apa-apa, hanya menurut saja. Manusia telah melalakukan segalanya, bahkan menghabiskan duit jutaan sampai puluhan juta tiap bulannya demi dia. Nah, coba dipikir sekali lagi, siapa melayani siapa. Manusia melayani anjing kan ...?
Memang enak jadi anjing. Punya kehidupan bebas, dilayani manusia, tidak perlu mikir tagihan, tidak perlu takut disidang karena korupsi. Hidup nyaman karena privasi terjaga, jauh dari publikasi. Beda dengan manusia, semakin kaya dan terkenal, provasinya semakin diburu.
Pokoknya nyaman jadi anjing, nyebrang jalan sembarangan pun tidak ada polisi yang menangkap.
Aku heran mengapa ada anjing yang iri pada kehidupan manusia.
Enak benar ya jadi anjing, ah ... seandainya aku jadi anjing, pikir anjing yang kemudian tertidur tidak mampu menahan kantuknya.
(inspirasi cerpen Putu Wijaya berjudul Anjing (1))

0 comments:


Blogger Templates by Isnaini Dot Com. Powered by Blogger and Supported by Doocu.Com - Free PDF Upload and Share